06 June 2016

Kina

Inilah Contoh Kelalaian Orang Tua Yang Akan Mmebuat Kita Geram!!


2 hari lalu ada berita yg menyesakkan dada. Seorang balita berusia 3 tahun, jatuh dari eskalator di sebuah mall besar Surabaya. Bodinya meluncur, sampai ke lantai bawah…dan bocah itu, meninggal dunia saat dilarikan ke RS. Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un…

Lagi-lagi balita harus meregang nyawa di mall. Ini sudah kejadian ke-sekian kalinya. Si balita itu ke mall hanya berdua dengan ibundanya. Pertanyaannya adalah, ibunya  ke mana?

Berdasarkan laporan saksi mata,  sang ibu tengah memilih sandal kece di salah satu outlet, sehingga si buah hati lepas dari pengawasan. Duh, makin ngilu bacanya

MALL BUKAN TEMPAT AMAN 

Saya  tidak hendak menghakimi si ibu yang lalai. Atau menuduh sistem keamanan mall yang buruk. Atau, menuding orang-orang kota yang makin kehilangan rasa peduli dan empati. NO. Sama sekali tidak.

Tapi, saya mau mengingatkan diri sendiri. Juga mengingatkan para orang tua, bahwa MALL itu BUKAN TEMPAT YANG AMAN.

Jangankan buat anak-anak. Mall juga BUKAN lokasi yang aman untuk orang-orang tua dewasa seperti saya.

Kita nggak pernah tahu, siapa dan bagaimana orang yang berpapasan di dalam mall.

Penjahat-kah?

Koruptor-kah?

Pedofil-kah?

Sama sekali nggak ada gambaran siapa dan bagaimana mereka.

Karena itu, MEMILIH UNTUK SELALU WASPADA adalah hal mutlak yg wajib banget kita lakukan. Beberapa kali, ada kasus gendam (hipnotis) yang berujung pada lenyapnya sejumlah rupiah. Dan itu terjadi di MALL.

Atau, yeah, petugas sales ini-itu yang bersikap agak minta diberi ajar (eufimisme dari ‘kurang ajar’) yang hmfptrfttt banget nget nget.

Pokoknya, MALL itu bukan tempat yang aman.

Sayangnya, orang kota terkadang justru menjadikan mall sebagai sanctuary. Kita malah berasyik-masyuk, dengan memandang aneka barang dagangan yang seolah bisa menjadi “pil kebahagiaan” apabila kita tebus  saat itu juga.  Justru banyak ‘orang kota’ yang terlena dengan segala hedonisme yang ditawarkan mall. Kita menjadikan mall sebagai “terapi jiwa”, semacam  destinasi  rehat yang sanggup meletupkan semangat.

Ahhhh…. sungguh sayang…..

Logika ini harus dipertanyakan. Mall  itu pasar. Dan, Anda tahu, bahwa teladan umat Islam, Rasulullah Muhammad, mengatakan bahwa pasar itu lokasi yang banyak jadi sumber dosa. Beragam kebohongan bertebaran di sana. Ngaku SALE 50% yadda yaddaaa padahal, harga-harga udah di-mark up, huh. *curcol dikit*

Plusss, oh…. itu kenapa aurat bertebaran di segala penjuru? Taruhlah suami kita bisa merem dari mbak-mbak SPG, tapi tapi tapiiii, materi brand dan produk yang terpampang nyata HAMPIR SEMUA menampilkan cewek-cewek dengan kostum yang yaaaah, begitulah😦

Semua  itu seolah melahirkan konspirasi *halaaaghh* untuk terus memperdaya kita “Ayoooo, belanja sekaraang… Kapan lagi dapat harga murah segini, mumpung diskon… Hidup cuma sekali, jangan ngirit kebangetan deh, ntar nyesel loooh gak bisa tampil maksimal…”

Semacam itu.

Saya bukan anti-mall. Saya juga masuk kalangan mainstream, yang terlena dengan kemegahan mall, dan heiiii… apa boleh buat? Jika liburan hanya berkutat di Surabaya, maka itu artinya hiburan saya berpusat di Mall, mall dan mall.

Hanya saja, ada yang patut direvisi dari injeksi virus mall ini. Jangan jadikan mall pusat kebahagiaan.

Mall hanyalah lokasi biasa yang layak disinggahi. Mall rawan kejahatan. Apapun bisa terjadi di dalam mall.

Buat para ibu, kalo memang tak sanggup jalan berdua dengan bocil, plis plis plis, jangan paksakan. Lebih baik TAHAN SEBENTAR keinginan untuk nge-mall. Atau, silakan nge-mall dengan SATU PARTNER yang bisa diandalkan. Jadi, ketika “setan mall” itu bergentayangan sehingga membuat kita euforia, maka buah hati  kita bisa berada di tangan yang tepat (dan jiwa yang lebih “sehat”)

JANGAN andalkan orang lain untuk menjaga anak Anda.  Orang lain ya orang lain. JANGAN berasumsi bahwa, oh… ntar kalo ada apa-apa dengan anak, toh bakal ada orang lain yang menolong… Jangan. Jangan punya pikiran semacam itu.

Anak yang kita bawa dari rumah menuju mall, adalah tanggung jawab KITA sepenuhnya.

Tapiii, di sisi lain, saya juga menghimbau diri saya sendiri, untuk tak melulu cuek dengan apa yang terjadi di mall.

Kalau terlihat ada sesuatu yg mencurigakan (anak kecil melangkah sendirian ke eskalator, misalnya) maka secara manusiawi, alangkah baiknya bila kita peduli. Tidak cuek. Mungkin, kepedulian level minimalis sekalipun, bisa membantu menghindarkan semua dari kejadian yang mengerikan.

SELAMAT BERLIBUR. HATI-HATI dengan Bawaan Anda. HATI-HATI dengan Buah Hati Anda. (*)

Subscribe to this Blog via Email :

close